oleh:Sheling Lipo N.
Seorang Pesilat asal
Amerika sedang memperagakan teknik Silat Cimande.
Silat Cimande [1] yaitu suatu aliran
pencak silat tertua
[rujukan?] dan merupakan "Ibu" dari seluruh perguruan silat karena telah melahirkan berbagai perguruan silat di seluruh
Indonesia bahkan di luar negeri. Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silat ini, Semua komunitas
Maenpo
Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah
kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan
sebagainya. Abah dalam
Bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam
Bahasa Inggris Great Grandfather)
[2].
Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu
berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Menurut Bapak Rifai (Guru
Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat
[3]
aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah
Kahir. Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani.
Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir
pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh
karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan
Betawi yaitu
Si Pitung di percaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini.
Sejarah
Ada 3 versi
[4] utama yang sering diperdebatkan, yaitu:
Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah
Priangan Timur (terutama meliputi daerah
Garut dan
Tasikmalaya dan juga
Cianjur selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang
pedagang (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara
Batavia,
Bogor,
Cianjur,
Bandung,
Sumedang,
dan sebagainya. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok,
itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak
menemukan istrinya ada di rumah, padahal saat itu sudah menjelang sore
hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore.
Beliau menunggu dan menunggu, sampai merasa jengkel dan khawatir,
jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai
menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama
kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir, yang ada tinggal
jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya, "
Ti mana maneh?"
(Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan
langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar
dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini
membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul, tetapi
semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya
menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kelelahan dan
menyadari kekhilafannya, dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "
Ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke
sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi
dengan 2 ekor monyet (Salah satu monyet memegang ranting pohon). Saking
indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan
menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari
Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak
mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat
semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru
berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub
oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun
berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai
semuanya, dan itu menjelang tengah malam. Apa yang ia pakai ketika
menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari
melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah
Khaer meminta istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang
mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya
ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk
melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa
mahir. Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang
mencegatnya, dan mulailah beliau membangun reputasinya di dunia
persilatan.
Jurus yang dilatih [5]
- Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan[6], tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan lain-lain).
- Jurus Monyet/Pamonyet[7] (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
- Jurus Pepedangan[8] (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung
mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada
[9].
Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur
selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah
beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar
Maenpo Cimande selalu menjawab "
ti indung" (dari ibu), karena
memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau
di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan
mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya
istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (
Cikalong,
Madi, Kari, Sahbandar, dan lain-lain). Beberapa tokoh yang sangat
disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900),
Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji
(pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai
Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan Belanda), dan lain-lain.
Versi Kedua
Menurut versi kedua
[10], Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung
Badui.
Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak
merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis
sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan
untuk prajurit pilihan di
Kerajaan Padjadjaran
dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui
mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak
sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu
jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian.
Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan "pengotoran"
akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil
Pu’un) meminta
Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah
Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa
Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui
(terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau
dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun
semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan
melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun
berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang
terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan memakai
dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa
Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang
berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras,
ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru.
Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk
diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah
Jawa Barat bagian barat (
Banten,
Serang,
Sukabumi,
Tangerang, dan sebagainya)
[11].
Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah
Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan
sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi
paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca
Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di
Amerika oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.
Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan
tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan
beliau di Kampung
Tarik Kolot
– Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas
beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo
ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya
dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam
Bahasa Indonesia.
Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana
beliau belajar Maenpo ini, apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang
mengajari? Yang pasti, di desa tersebut, tepatnya di Tanah Sareal
terletak makam leluhur Maenpo Cimande yaitu Abah Buyut, Abah Rangga,
Abah Khaer, dan lain-lain.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama
Batavia.
Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya
perampok, tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan
alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah
Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling
bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari
Cina dan juga dari
Sumatera. Dengan kualitas
basic
beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan
dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan
orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran
yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria
Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang
bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di
Cianjur dan bekerja sebagai "
pamuk" (
pamuk dalam
Bahasa Sunda
artinya Guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati.
Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria
Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri)
dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu
nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong),
karena beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan
nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah
dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer
pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di
Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande
sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri
memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka
inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang
menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya
image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa beliau: "selalu berpakain
kampret dan celana
pangsi
warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah,
digambarkan bahwa ketika beliau "ibing" di atas panggung penampilannya
sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang
berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal
lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak
kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak
panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("
Nincak kana kendang"
– istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan
terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari
Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam
Bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).
[12]
Tujuan
Tujuan dari Pencak Silat Cimande ini yaitu untuk:
[13]
- Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang jiwa pencak silat
Cimande sehingga dapat mengamalkan secara konsekuen. Sebagai insan hamba
Allah, sebagai insan Sosial Budaya, sebagai insan pencak silat Cimande,
dan sebagai insan Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
- Terwujudnya keluarga besar pencak silat Cimande yang taat dan saleh
dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diyakini
masing-masing.
- Terwujudnya pembinaan tradisi,
adat istiadat dan ajaran yang mempunyai nilai-nilai luhur yang selaras
dengan kehidupan dan tata kehidupan pancasila dan UUD 1945
- Terwujudnya sikap dan prilaku hidup serta amal perbuatan keluarga besar pencak silat Cimande yang berpedoman pada Taleq.
- Terwujudnya dan terpeliharanya identitas anggota keluarga besar pencak silat Cimande dimana saja mereka berada.
Taleq Cimande
Pencak silat Cimande adalah seni budaya bela diri yang mengandung
nilai-nilai , norma-norma maupun perilaku yang di junjung tinggi dan
diwariskan dari leluhur Cimande kepada generasi-generasi secara
turun-temurun sebagai hasil proses sejarah dan merupakan tradisi dalam
kehidupan masyarakat keluarga besar pencak silat Cimande berdasarkan
taleq
[14]. Didalam kehidupan keluarga besar pencak silat Cimande , Taleq ini merupakan
"KODE ETIK" yang harus ditaati dan ditepati oleh keluarga besar Cimande dengan sebaik-baiknya.
Taleq Cimande sebagai kebudayaan telah menunjukan nilai-nilai hidup dan makna susila yang berjiwa selaras dengan
Pancasila, merupakan pendukung penghayatan nilai-nilai yang luhur dari
Budaya Indonesia.
Taleq
- Harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya
- Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua
- Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah)
- Jangan judi dan mencuri
- Jangan ria takabur dan sombong
- Jangan berbuat zina
- Jangan bohong dan licik
- Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat
- Jangan jahil, menganiaya sesama makhluk Tuhan
- Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa minta
- Jangan suka iri hati dan dengki
- Jangan suka tidak membayar hutang
- Harus sopan santun, rendah hati,ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia
- Berguru Cimande bukan untun gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tapi untuk mencari keselamatan dunia dan akherat.
Hakekat Kepribadian Taleq Cimande
- Adanya kesadaran terhadap Allah SWT
- Memiliki kesadaran menjadi warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah
- Mempunyai nilai-nilai hidup atau budi pekerti yang luhur dan makna kesusilaan
- Mempunyai kesadaran untuk memelihara kerukunan hidup, persatuan dan kesatuan bangsa, dan kerukunan dalam kehidupan beragama.
Hakekat Insan Pencak Silat Cimande
- Insan yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya
- Anggota masyarakat yang mengutamakan kekeluargaan dan gotong royong
- Warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah
- Manusia yang beramal, menjunjung tinggi serta menghormati adat
istiadat yang telah turun temurun menjadi sendi-sendi kehidupan
masyarakat dan bangsa , memelihara tradisi bangsa dalam rangka
pelestarian nilai-nilai perjuanagan, menyesuaikan diri dengan kemajuan
zaman dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam menegakan kebenaran dan
keadilan rakyat Indonesia. Sebagaimana yang telah ditunjukan oleh
generasi 45 Cimande pada waktu revolusi fisik untuk menghancurkan
penjajahan dari muka bumi Indonesia, telah berjuang mati-matian dengan
semangat patriotisme yang tinggi, sehingga laskar rakyat Cimade telah
disegani oleh lawan maupun kawan.
Sikap dan Perilaku Hidup
Taleq Cimande pada dasarnya merupakan landasan falsafah sebagai pegangan hidup keluarga besar pencak silat Cimande
[15].
Dengan pegangan hidup itu mereka dapat kuat tidak terombang ambing
dalam perjalanan hidupnya, karena dengan falsafahnya itu jelas pula apa
yang menjadi dasar tujuannya. Oleh karena itu sikap dan perilaku hidup
insan pencak silat Cimande berdasarkan taleq sebagai berikut:
- Harus Taat dan Taqwa kepada Allah dan Rasul-Nya
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa sebagai
insan hamba Tuhan yang Maha Esa yaitu manusia susila yang beriman dan
bertaqwa kepada-Nya, Pemeluk agama yang saleh mengakui adanya Tuhan,
Kekuasaannya, Keadilannya, dan hidup matinya berada di tangannya. Sikap
dan Perilakunya :
- Bagi mereka yang beragama Islam,
wajib melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan Allah dan
Rasul-Nya.
- Bagi mereka yang bukan agama Islam, wajib melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
- Jangan Melawan kepada Ibu dan Bapak serta Orang yang Sudah Tua
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari, bahwa mereka
sejak dikandung dan dilahirkan sampai dewasa telah menjadi beban ibu dan
bapak dan orang-orang tua lainnya, baik di dalam lingkungan rumah
tangga maupun dalam lingkungan lainnya atau masyarakat. Sikap dan
Perilakunya :
- Sebagai anak yang saleh dan taat kepada ibu dan bapaknya serta orang
tua lainnya, karena orang tua lain mempunyai banyak pengetahuan dan
pengalaman yang dapat di jadikan tempat bertanya disamping ibu dan
bapak.
- Tunduk dan patuh kepada kakak-kakak dan yang lebih tua, karena kakak
atau yang lebih tua, kalu mereka pria maka akan dapat dijadikan sebagai
pengganti bapak, sedangkan kalau wanita sebagai pengganti ibu.
- Ramah tamah dan setia kawan dangan yang sebaya karena mereka akan
menjadi teman seperjuangan dan senasib sepenanggungan dalam menghadapi
kesulutan hidup.
- Ramah tamah dan baik hati kepada adik-adik dan kepada yang lebih
muda , karena meraka akan dapat membantu bila diperlukan sewaktu-waktu.
- Jangan Melawan Kepada Guru dan Ratu (Pemerintah)
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa
Guru
adalah sumber ilmu yang telah mengendap dalam pribadi masing-masing
selama ini. Begitu pula mereka atau orang-orang yang suka memberikan
petunjuk kejalan yang benar untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia
maupun di akherat harus dianggap sebagai guru, mereka harus mendapatkan
perlakuan sebagaiman yang diberikan kepada guru. Pemerintah adalah
pelindung rakyat memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan rakyat
dalam kehidupan masyarakat dan lain-lain. Sikap dan Perilakunya :
- Sebagai insan yang bermoral yang menjunjung tinggi serta menghormati
adat istiadat, harus taat dan patuh serta mengikuti perintah dan
petunjuk guru
- Mengikuti petunjuk-petunjuk orang yang membawa kejalan yang benar di dunia dan akherat.
- Sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia mematuhi dan mentaati segala ketentuan pemerintah, pancasila dan UUD 1945
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa judi dan
mencuri adalah perbuatan yang dilarang oleh agama maupun pemerintah,
karena perbuatan tersebut merupakan pangkal kejahatan. Sikap dan
Perilakunya :
- Menjauhi segala perbuatan yang mengarah kepada perjudian
- Mengendalikan diri dari keinginan mendapatkan sesuatu yang gampang.
- Jangan Ria, Takabur dan Sombong
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa ria,
takabur dan sombong adalah suatu perbuatan yang didorong oleh nafsu yang
buruk yang merupakan bujukan syetan, dalam pergaulan akan dibenci dan
dijauhi teman, dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan akibat
ulah tersebut, akhirnya mengancam kerukunan hidup dalam masyarakat.
Sikap dan Perilakunya :
- Selalu mawas diri, mengakui kelemahan dan kekurangan sendiri serta untuk memperbaikinya
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa berbuat
zina dan memperkosa wanita adalah perbuatan yang tidak bermoral dan
biadab melanggar kesusilaan dan ajaran agama yang mendapat kutukan
didunia dan akhirat. Sikap dan Perilakunya :
- Hargailah derajat kaum wanita
- Mengendalikan hawa nafsu yang mengarah kepada pelanggaran kesusilaan
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa bohong
dan licik adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, dapat menghilangkan
kewibawaan dan kepercayaan orang , menimbulkan kesukaran dalam
pergaulan dan menjadi rintangan dalam segala kegiatan, akhirnya akan
menimbulkan frustasi pada diri sendiri. Sikap dan Perilakunya :
- Bersikap jujur dan loyal terhadap siapapun
- Bermusyawarahlah dalam menghadapi persoalan di dalam menyelesaikan suatau masalah.
- Jangan Mabuk-mabukan, Menghisap Madat dan Sebaginya
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa minuman
keras, candu, ganja dan sebagainya dapat merusak keseimbangan tubuh,
kesehatan jasmani dan rohani. Kemudian dapat mengarah kepada perbuatan
kejahatan yang menggangu keamanan dan ketertiban umum, sehingga
mempengaruhi moral dan moril masyarakat dan bangsa. Sikap dan
Perilakunya :
- Menjauhkan diri dari minuman keras, candu dan sebagainya
- Menghindiri dari keinginan untuk mencoba sekedar ingin mengetahui rasanya.
- Jangan Jahil Menganiaya Sesama Mahkluk Allah
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa jahil,
aniaya terhadap sesame makhluk Allah adalah perbuatan yang tidak
mempunyai rasa kemanusiaan dan merupak sikap yang tidak terpuji. Sikap
dan Perilakunya :
- Tidak berbuat kasar, bengis dan sadis
- Mengendalikan hawa nafsu buruk
- Jangan Memetik Tanpa Izin Mengambil Tanpa Minta
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan
tersebut walaupun sifatnya hanya iseng saja tidak didorong oleh
kebutuhan yang mendesak, namun perbuatan itu hukumnya mencuri, maling
namanya, hal ini bisa menimbulkan salah faham dalam hubungan
kekeluargaan dan kerukunan hidup Sikap dan Perilakunya :
- Jangan iseng tertarik oleh sesuatu, bila perlu terus terang
- Minta naaf bila sudah terlanjur
- Jangan Suka Iri Hati dan Dengki
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan
iri hati dan dengki terhadap siapapun menunjukan seseorang yang tidak
percaya akan kekuasaan, keadailan dan kodrat Allah SWT segala sesuatau
berada di tangan Allah, nasib, derajat, dan harkat manusia berada di
tangannya. Sikap dan Perilakunya :
- Menyadari akan kodrat Allah SWT
- Berdo’alah kepada Allah untuk mendapatkan rahmat dan karunianya
- Menghilangkan rasa iri hati dan dengki terhadap manusia.
- Jangan Suka Tidak Mau Membayar Hutang
setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa
meninggalkan hutang berlarut-larut sema dengan mematikan kehidupan orang
lain dan mengancam penghidupan seluruh keluarganya. Sikap dan
Perilakunya :
- Membiasakan hidup sederhana dan tidak boros
- Menyesuaikan kebutuhan dengan kemampuan.
- Harus Sopan Santun, Rendah Hati, Ramah Tamah Saling Harga Menghargai di antara Sesama Manusia
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa sikap dan
perilaku demikian di dalam pergaulan sehari-hari di dalam kehidupan
masyarakt sendiri akan memupuk dan mengikat keakraban , mempererat
kerukunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan , sedangkan pergaulan
tersebut di dalam kehidupan dengan bangsa –bangsa lain akan menunjukan
kepribadian bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi. Sikap dan
Perilakunya :
- Silih asah, silih asih, dan silih asuh
- Pergaulan yang luwes, tidak menyendiri.
- Tidak membedakan, harkat, derajat, serta martabat seseorang, kesukuan dan golongan.
- Berguru pencak silat cimande bukan untuk gagah-gagahan, kesombongan,
dan ugal-ugalan, tetapi untuk mencari selamat dunia dan akhirat
Taleq yang terakhir ini sesungguhnya merupakan amanah dari leluhur
cimande kepada keturunannya dan kepada keluraga besar pencak silat
cimande, untuk diperingatkan kepada setiap orang yang berguru pencak
silat cimande, pertama-tama mereka harus beritikad demi keselamatn di
dunia dan akhirat.
Menyelewengkan taleq berarti mereka harus menanggung sendiri
akibatnya, Setiap orang yang akan berguru pencak silat cimande harus
menyatakan kesetian dan kepatuhannya untuk mengamalkan taleq sebagai
berikut:
PANCA SETIA
- Kami insan pencak silat cimande yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
- Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada pemerintah Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945
- Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua
- Kami Insan pencak silat cimande yang mengutamakan penggunaan pencak silat untuk melerai diri demi kebenaran dan keadailan
- Kami insan pencak silat cimande yang setia dan menempati janji serta mengamalkan dan mengamankan taleq cimande.
Janji ini di ucapkan oleh setiap insan pencak silat cimande uantuk
menunjukan bahwa mereka berjanji untuk mengemalkan dan mengamankan taleq
.
Janji ini disebut "
JANJI SETIA INSAN PENCAK SILAT CIMANDE"
Jurus[16] dan Teknik[17] Beladiri
- Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande :
- Kelid[18]
- Selup[19]
- Pamonyet[20]
- Tungkup Selup
- Serong Gigir
- Tangkeupan
- Bolang-Baling
- Timpah Sabeulah
- Timpah Dua
- Buang Kelid Dibeulah
- Sambeuran
- Kelid Timpah Pamonyet
- Pangerodan
- Teke
- Tewak Teke
- Tewakan
- Tewak Jero
- Turugtug
- Ajulan
- Kelid timpah Potongan
- Koreh Pamonyet
- Timpah Tilu
- Pakalah
Amal dan Perbuatan
Panca setia insan pencak silat cimande bukan hanya dinyatakan dengan
ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dengan amal perbuatan dalam
pengembangan dan pengamalan hakekat kepribadian taleq
[21], amal perbuatan dalam lingkungan keluarga dan amal perbuatan dalam lingkungan
Masyarakat,
Bangsa dan
Negara.
Dalam Pengembangan Kepribadian Taleq
Dalam rangka pengembangan taleq secara perorangan dengan penuh keyakinan, berkewajiban untuk senantiasa berusaha:
- Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT
- Menghayati dan Mengamalkan Taleq
- Memupuk Sikap mental yang mencerminkan kesadaran untuk turut mendukung penghayatan dan pengamalan serta pengamanan taleq
Dalam Pengamalan Kepribadian Taleq
Dalam rangka pengamalan kepribadian taleq agar mengutamakan kesederhanaan dalam:
- Sikap dan tutur kata harus menggunakan bahasa yang baik, membiasakan diri berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sopan santun dan tahu menempatkan diri.
- Cara berpakaian, tidak berlebih-lebihan sehingga memperlihatkan gejala-gejala menonjolkan diri ingin lain dari pada yang lain
- Keadaan rumah tangga, disesuaikan dengan keadaan lingkungan
setempat, tidak menunjukan hal-hal yang dapat menimbulkan pandangan
buruk (negatif)
- Dalam pergaulan, ramah tamah, tidak menunjukan sikap menyendiri, selalu bersedia memberikan bantuan pikiran, tenaga,maupun harta sesuai kemampuan kita.
- Perbuatan lainnya, merupakan suri tauladan yang bersifat membangun dan bergotong royong.
Membina dan Memimpin Keluarga Sendiri
Dalam usaha membina dan memimpin keluarga dalam lingkungan sendiri (
anak, istri, saudara) agar berguna dan bermanfaat bagi masyarakat,
bangsa, dan Negara, dapat ditempuh dengan langkah-langkah antara lain
sebagai berikut:
- Memupuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT serta ketaatan menjalankan syarat-syaratnya dan amal ibadah
sesuai dengan keyakinan masing-masing terhadap Allah SWT
- Memenuhi dan mencukupi nafkah lahir dan batin
- Mendidik dan membimbing anggota keluarga untuk hidup sederhana, hemat, tidak boros, dan untuk dapat mengingat hari depan.
- Memelihara kerukunan dalam rumah tangga
- Pandai membagi waktu sehingga hal-hal yang merupakan bagi kesejahteraan keluarga tidak diabaikan.
- Senantisa memperhatikan kesulitan yang dihadapi keluarga, baik lahiriyah maupun bathiniyah
- Memberikan suri tauladan yang baik terutama mental dan budi pekerti
- Memberikan tuntunan akan hal-hal dan kewajiban hidup di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam Lingkungan Masyarakat
Amal perbuatan insan pencak silat cimande dalam lingkungan masyarakat
mencakup banyak hal satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi,
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sabagai berikut:
- Ikut serta membantu usaha pemerintah dalam segala bidang pembangunan
- Ikut serta membina kesadaran masyarakat terhadap kesadaran bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
- Ikut serta dalam membina keamanan dan ketertiban umum.
Ketentuan-ketentuan Umum
- Pusat Perguruan Pencak Silat Cimande yang disingkat P3SC berkedudukan di babakan tarikolot cimande lemah duhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
- Ketua umum P3SC dipegang oleh seorang sesepuh yang tertua dari
keturunan leluhur cimande. Dibantu oleh para sesepuh lainnya, sesuai
dengan proses sejarah kepemimpinan pencak silat cimande yang dilakukan
secara turun temurun
- Para sesepuh keturunan cimande dapat menerima calon siswa-siswa
pencak silat cimande ditempatnya masing-masing atas sepengetahuan ketua
umum P3SC
- Para sesepuh keturunan cimande dapat mengirimkan guru-guru pencak
silat cimande ke perguruan-perguruan pencak silat cimande diseluruh tanah air dan di luar negeri bila diperlukan dengan membawa surat perintah tugas dari ketua umum P3SC
- Anggota keluarga besar pencak silat cimande yang bukan keturunan
cimande yang sudah mempunyai kwalifikasi pencak silat cimande dapat
mendirikan perguruan pencak silat cimande dengan ketentuan tidak
menyimpang dari taleq cimande dan ketentuan umum.Mendirikan perguruan
pencak silat cimande harus dapat pengesahan dari ketua umum P3SC, hal
ini dilakukan demi terjaminnya pengamalan dan pengamanan serta
kelestarian nilai-nilai hakekat kepribadian pencak silat cimande yanbg
sesuai dengan taleq cimande.
- Perguruan pencak silat cimande yang menghasilkan guru pencak silat
cimande berdasarkan penilaian memenuhi syarat kawlifikasi guru pencak
silat cimande dapat mengajukan daftar nama-nama yang diangkat kepada
P3SC untuk dapat mengsahkan dari ketua umum P3SC.
- Hal-hal lainnya yang belum tercantum dalam buku petunjuk dan
ketentuan-ketentuan umum akan diatur kemudian dengan melalui musayawarah
seluruh anggota keluarga besar pencak silat cimande.